TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesulitan masyarakat Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta menangani sampah kiriman dari laut kini mulai mendapat titik terang.
Masyarakat mendapat keahlian baru mendaur ulang sampah plastik kiriman dari laut melaui pelatihan yang digelar oleh civitas akademi Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Pelatihan mendaur ulang sampah laut itu digelar selama dua hari di Pantai Perawan, Pulau Pari pada 27-30 Agustus 2018 lalu. Sebanyak 80 orang penduduk Pulau Pari antusias mengikuti pelatihan tersebut.
Selain mendapat keahlian mendur ulang sampah, para penduduk Pulau Pari juga merasakan penyuluhan tentang Penggunaan Sosial Media dalam kegiatan bertajuk Pengabdian Kepada Masyarakat itu.
Menurut Shahibah Yuliani, dosen Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial UNJ, masalah sampah laut di Indonesia sudah memprihatinkan. Pel;atihan daur ulang sampah, diharapkan bisa menjadi solusi mengurangi polusi sampah plastik di laut.
"Indonesia kini sudah menjadi penghasil sampah laut terbesar kedua setelah China. Pulau Pari, yang masuk dalam gugusan Kepulauan Seribu adalah kawasan ekoturisme yang harus terbebas dari sampah laut pesisir. Dengan memberikan pelatihan pembuatan kompos, daur ulang sampah plastik menjadi piring, pot dari botol aqua, dan bunga dari plastik kresek, membuat masyarakat setempat senang," ujar Shahibah dalam rilis kepada Tribunnews.com, Minggu (9/9/2018).
Edi Mulyono, salah satu tokoh masyarakat Pulau Pari menyambut baik pelatihan yanbg digelar UNJ.
Menurut dia sampah yang paling banyak adalah sampah kiriman dari laut.
"Dulu kami memiliki program Bank Sampah di bawah binaan LIPI, namun saat ini kurang aktif berjalan dan kami sangat senang, sebab sebelumnya juga belum diadakan kegiatan daur ulang sampah maupun pembuatan kompos,” tutur Edi.
Selain itu, menurut Edi, penyululuhan tentang penggunaan sosial media dengan bijak diperlukan, mengingat masifnya arus informasi yang datang silih berganti dalam waktu singkat. Diharapkan masyarakat, terutama kaum ibu dan remaja dapat lebih bijak dalam menggunakan sosial media.
"Di samping melihat potensi yang ada di Pulau Pari, keberadaan sosial media yang kini semakin variatif mampu menjadi sarana publikasi yang efektif untuk lebih mengenalkan kawasan tersebut bagi dunia luar, melalui e-commerce seperti penyewaan sepeda, homestay, dan perlengkapan snorkeling. maka akan mempermudah akses para wisatawan untuk mengetahui budget dan estimasi kebutuhan mereka saat berkunjung ke Pulau Pari.
Pada akhhirnya e-commerce dapat menopang perekonomian keluarga sekaligus meningkatkan kekayaan alam mereka melalui ekoturisme," ujar Edi.
Kini, meskipun masyarakat Pulau Pari dihantui oleh kasus sengketa lahan yang status tanahnya diklaim sebuah perusahaan properti, kegiatan tersebut mendapat apresiasi dan antusia yang sangat tinggi.
“Semoga banyak dari institusi pendidikan lainnya ataupun masyarakat lain yang memberikan pelatihan maupun penyuluhan seperti ini, sehingga kami bisa terus mengembangkan tanah kelahiran kami, Pulau Pari,” imbuh Ketua Forum Peduli Pulau Pari, Sahrul Hidayat.
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/09/09/unj-bina-masyarakat-pulau-pari-daur-ulang-sampah-laut
No comments:
Post a Comment